Nasihat kepada Istri

. . Tidak ada komentar:


Oleh Setiawan


"Manusia itu [yaitu Adam] memberi nama kepada segala ternak, kepada
burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi
baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.
Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur,
TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup
tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari
manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada
manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari
tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia
diambil dari laki-laki." (Kejadian 2:20-23)


Di dalam Alkitab Tuhan juga menyamakan persatuan antara seorang suami
dan isterinya dalam lembaga pernikahan di dunia ini dengan persatuan
yang misterius (rahasia) antara Kristus dan pengantin-Nya, yaitu
gereja yang kekal. Kitab Efesus 5:31-32 menyatakan kepada kita demikian:

"Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia
ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat
[yaitu gereja yang kekal]."

Jadi kita tidak boleh melupakan dimensi rohani yang sangat penting ini
ketika membaca tentang hubungan suami isteri di dalam Alkitab. Seperti
misalnya di kitab Kejadian pasal 2 diatas Adam merupakan gambaran dari
Tuhan Yesus Kristus, yang juga dipanggil sebagai "Adam yang akhir"
dalam kitab 1 Korintus 15:45. Dan Kristus diberikan Pengantin (yang
digambarkan oleh Hawa), yaitu semua orang-orang percaya yang sejati,
dan Allah Bapa "membawa" mereka kepada Kristus. Kita dapat melihat hal
ini dengan jelas dalam ayat-ayat berikut ini:

Kitab Yohanes 6:37 menunjukkan demikian:

"Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang."

Dan kitab Yohanes 17:24 menyatakan demikian:

"Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada
bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan
kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan."

Kita telah melihat bahwa Tuhan menyamakan sang isteri dengan gereja
(jemaat) yang kekal, seperti yang kita baca dalam kitab Efesus 5:31-33
demikian:

"Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia
ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat
[yaitu gereja yang kekal]. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing
berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri
hendaklah menghormati suaminya."

Sekarang marilah kita memeriksa perintah Tuhan bahwa "isteri hendaklah
menghormati suaminya". Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai ungkapan
"menghormati" (phobeo:G5399) adalah kata dimana ungkapan "phobia"
dalam bahasa Inggris diambil. Dan kata ini digunakan kira-kira
sebanyak 90 kali di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru.

Dalam kitab Kolose 3:17-23 kita menemukan pernyataan yang mirip yang
juga menggunakan kata phobeo yang sama yang diterjemahkan sebagai
ungkapan "takut" dalam ayat 22. Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan,
lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur
oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. {18} Hai isteri-isteri, tunduklah
kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. {19} Hai
suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap
dia. {20} Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena
itulah yang indah di dalam Tuhan. {21} Hai bapa-bapa, janganlah sakiti
hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. {22} Hai hamba-hamba,
taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di
hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus
hati karena takut [phobeo] akan Tuhan. {23} Apapun juga yang kamu
perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan
bukan untuk manusia."

Ini adalah ayat yang sangat indah yang menunjukkan bahwa kita harus
berpikir, berkata dan berbuat segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan.
Dan perhatikan bagaimana setiap kelompok dari individu ini
diperintahkan untuk mematuhi perintah-perintah tertentu seperti
berikut: "... isteri tunduklah ...", "... suami kasihilah ...", "...
anak-anak taatilah ...", "... bapa-bapa jangan membuat marah ...",
"... hamba-hamba taatilah ...".

Penekanan yang mirip juga muncul dalam kitab Efesus 5:22 yang kita
baca demikian:

"Hai isteri, tunduklah [hupotasso] kepada suamimu seperti kepada Tuhan"

Orang-orang yang percaya kepada Kristus harus berpikir, berbicara, dan
bertindak dengan tujuan untuk memuliakan sang Tuan dan Juruselamat
mereka. Hal ini adalah benar baik bagi laki-laki, perempuan, maupun
anak laki-laki dan anak perempuan. Akan tetapi dalam ayat ini dan juga
ayat-ayat lainnya, para isteri diperintahkan untuk tunduk kepada
suaminya "seperti kepada Tuhan". Kitab Kolose 3:18 berkata demikian:

"Hai isteri-isteri, tunduklah [hupotasso] kepada suamimu, sebagaimana
seharusnya di dalam Tuhan."

Ini menunjuk pada keinginan yang tulus dari seorang isteri untuk
menempatkan dirinya dibawah otoritas dari sang suami, sama seperti
sang isteri harus tunduk kepada Tuhan sendiri. Tindakan yang seperti
itu dicatat dan di-demonstrasikan dalam kitab 1 Petrus 3:6 yang kita
baca demikian:

"sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya ... "

Kata Yunani yang di-terjemahkan sebagai ungkapan "tundukkanlah dirimu"
(hupotasso:G5293) dalam kitab Efesus 5:22 ditemukan sekitar 40 kali
dalam kitab-kitab Perjanjian Baru. Berikut adalah contoh-contohnya:

Kitab 1 Petrus 2:13 menegaskan tugas dari seorang warga negara untuk
mematuhi hukum yang berlaku di tempat ia tinggal (kecuali kalau hukum
tersebut melanggar ketentuan Kitab Suci). Dalam ayat itu kita membaca
demikian:

"Tunduklah [hupotasso], karena Allah, kepada semua lembaga manusia,
baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi"

Dan kitab Titus 2:5 menyatakan karakteristik dari seorang isteri
Kristen, dimana kata Yunani untuk ungkapan "tundukkanlah dirimu"
disini di-terjemahkan sebagai "taat". Dalam ayat itu kita membaca
demikian:

"hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati
dan taat [hupotasso] kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat
orang."


Selanjutnya dalam kitab Efesus 5:23 kita mempelajari demikian:

" ... suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala
jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh."

Dan kitab 1 Korintus 11:3 lebih jauh menegaskan demikian:

"Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari
tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah
laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah."

Sang isteri harus tunduk atau taat, atau menjadi subjek dari, sang
suami "seperti kepada Kristus"; dan pada gilirannya sang suami harus
mengasihi sang isteri sama seperti Kristus mengasihi jemaat atau
gereja yang kekal. Kitab Efesus 5:25 dengan jelas bersaksi demikian:

"Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi
jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya"

Secara alami, adalah lebih mudah bagi sang isteri untuk tunduk kepada
suaminya ketika sang suami menunjukkan pengorbanan kasih yang seperti
ini untuk isterinya. Bagaimanapun juga, jika ini adalah bukan
kasusnya, sang isteri tetap harus tunduk kepada sang suami "seperti
kepada Kristus".

Kitab Efesus 5:24 mengajarkan kepada kita demikian:

"Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah
isteri kepada suami dalam segala sesuatu."

Dan dalam kitab Lukas 2:51 kita menemukan contoh dari Tuhan Yesus
sendiri, ketika Ia masih kecil, yang menundukkan diri-Nya kepada orang
tua jasmaninya. Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup
dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam
hatinya."

Dan kitab Roma 8:7 menjelaskan perang rohani yang terjadi antara
orang-orang yang belum diselamatkan dengan Tuhan, dan hal itu
menggaris-bawahi ketidak-mampuan manusia untuk berada dibawah, atau
tunduk, kepada Firman Tuhan sebelum ia benar-benar diselamatkan. Dalam
ayat itu kita membaca demikian:

"Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia
tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya."


"Thy word is a lamp unto my feet, and a light unto my path" (Psalm
119:105)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ganti warna tulisan

Artikel Terkini

Kawasan Butuh Info

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Followers